Manusia Berkeluh Kesah, Allah Menjawab

.

Manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah dan kikir…

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang tetap mengerjakan shalatnya”

(QS. Al-Ma’ārij: 19-22)

Tapi Allah Yang Maha Sempurna menjawab semua keluh kesah manusia …

Berikut beberapa sebagian keluh kesah manusia yg sebenarnya sudah dijawab oleh Allah :

Manusia Berkata : “Aku Lelah Ya Allah” 

Allah Menjawab :

“…dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat

(QS. An-Naba’ : 9)

Manusia Berkata :“Aku nggak sanggup Yaa Allah, sudah nggak kuat Yaa Allah”

Allah Menjawab :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. “

(QS. Al-Baqarah: 286)

Manusia Berkata : “Ah ini pasti nggak mungkin”

Allah Menjawab :

Sesungguhnya keadaan-Nya Apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.. “

(QS. Yaasiin: 82)

Manusia Berkata : “Arrgghh aku stress”

Allah Menjawab :

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram

(QS. Ar-Ra’d : 28)

Manusia Berkata : “Ini semua sia-sia”

Allah Menjawab :

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

(QS. Az-Zalzalah: 7)

Manusia Bersedih Hati : “Hikks.. mengapa nasibku seperti ini.. 😦 ”

Allah Menjawab :

“…..Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita…………“

(QS. At-Taubah: 40)

Berapa banyakpun keluh kesah dalam kehidupan sehari-hari, Allah memberi kisah :

“Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”.

(QS. Yusuf: 86)

Karena manusia sering berkeluh kesah, maka Allah memerintahkan manusia supaya berdoa kepada-NYA dan mengancam orang-orang yang tidak memohon(berdoa) kepada-NYA dengan ancaman Neraka Jahannam.

Allah berkata :

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina“.

(QS. Ghafir : 60)

Jadi jika tidak berdoa kepada Allah menurut ayat diatas, maka akan dikelompokkan sebagai orang-orang yg sombong….

*tulisan di atas saya sadur dari salah satu email di sebuah milis, dengan editan seperlunya.

Memang cukup inspiratif dan mampu mengingatkan kita bahwa apapun yang terjadi di dunia ini, Allah selalu ada untuk kita. 🙂

Wallahu a’lam Bisshowab

Kondisi-Kondisi yang Tidak Termasuk Ghibah Berdosa

Apakah kamu pernah ngomongin orang, terutama ngomongin yang jelek-jelek? Terdapat 2 kemungkinan saat ngomongin orang:

  • Yang diomongin adalah hal yang benar, maka termasuk ghibah
  • Yang diomongin ternyata tidak benar, maka termasuk dusta dan fitnah

Entah benar atau tidak, membicarakan kejelekan orang lain termasuk dosa. Namun, ada beberapa kondisi di mana ghibah menjadi tidak haram. Tulisan di bawah ini saya peroleh dari milis, agar tidak mendekam dan terkubur di arsip email, maka saya share di sini saja.

Selamat membaca..

Wallahu a’lam bish-showab

Terjemahan Riyadush Sholihin karya Al Imam An Nawawi rohimahullah pada Bab ke-256 :

“Penjelasan Tentang Hal-Hal Yang Diperbolehkan Dari Ghibah”

 

Berkata Al Imam An Nawawi rohimahullah :

Ketahuilah olehmu bahwasanya ghibah (menyebutkan kejelekan orang lain) itu diperbolehkan pada keperluan yang benar dan syar’i, yang mana tidaklah mungkin tercapai suatu tujuan kecuali dengan ghibah tersebut (sehingga hal-hal yang disebutkan berikut ini bukanlah termasuk ghibah yang diharomkan -ed).

Dan hal tersebut ada 6 kondisi :

Pertama : At Tazhollum (mengadukan kezholiman)

Maka diperbolehkan bagi orang yang terzholimi untuk mengadukan kezholiman orang lain yang menzholiminya kepada penguasa atau hakim atau selain keduanya dari kalangan orang-orang yang memang memiliki wilayah kekuasaan untuk mengadili kezholiman yang diperbuat oleh orang tersebut misalnya dengan mengatakan : “si Fulan telah menzholimi diriku demikian dan demikian”.

Kedua : Meminta pertolongan dalam rangka ingin mengubah kemungkaran atau mengembalikan pelaku kemaksiatan kepada jalan kebenaran.

Maka diperbolehkan bagi seseorang untuk berkata kepada orang lain yang diharapkan mampu untuk mengubah kemungkaran tersebut : “si Fulan telah berbuat demikian dan demikian, maka laranglah ia dari perbuatannya tersebut?” atau perkataan lain semisalnya. Continue reading

[Repost] Apa yang Sudah Kita Siapkan?

Artikel berikut saya peroleh dari salah satu milis. Karena isinya cukup dalem dan bikin ‘mak jleb‘, maka saya ingin share kepada rekan-rekan pembaca sekalian. Semoga bisa menjadi bahan renungan dan introspeksi diri. Mari berlomba-lomba berburu bekal untuk akhirat nanti.

Selamat membaca dan merenung 🙂

~~

Apa yang sudah kita siapkan ?

 

Akhi/Ukhti… Kenapa kita takut untuk menghadapi kematian ?

Padahal kita semua yakin bahwa suatu hari ia akan datang menjemput kita.

Mau tidak mau, suka tidak suka… pasti !

Kenapa kita takut untuk menghadapi sesuatu yang pasti ?

Saya rasa semua memiliki jawaban yang bermacam-macam:

Amalnya masih kurang ? Masih banyak dosa ? Kesihan sama anak-anak ? Belum menikah ? Belum mencapai cita-cita ?

 

Pada suatu hari seorang tabi’in Abu Hazim Salamah bin Dinar ditanya oleh Khalifah pada masa itu: Sulaiman bin Abdil Malik

يا أبا حازم ما لنا نكره الموت؟ قال: لأنكم عمرتم دنياكم وخربتم آخرتكم فأنتم تكرهون أن تنتقلوا من العمران إلى الخراب؟

“Wahai Aba Hazim, kenapa kita membenci kematian ?

Maka beliau berkata, “Karena kalian memakmurkan dunia kalian dan merusak akhirat kalian, sehingga kalian benci untuk berpindah dari tempat yang makmur ke tempat yang rusak dan terbengkalai”.

 

SubhanAllah! Itulah realitanya….

Kita sibuk-sibuk untuk membangun dunia kita

Dari pagi sampai sore, sampai malam untuk dunia

Mau tidurpun masih dunia

Bangun tidur tetap dunia…

Sehingga kita memiliki rumah, mobil, keluarga dan tabungan yang banyak

Sedangkan untuk yang setelah kematian… Hanya sedikit dari harta kita…sedikit sekali dibanding dengan yang kita simpan

Dilihat dari waktu yang kita gunakan untuk membangun akhirat kita

Sangat sedikit sekali, dibanding dengan waktu kita untuk dunia kita…

Kalau seperti itu… Pastilah kita takut, untuk berpindah ke rumah yang belum jadi

Tiada taman Tiada kawan Tiada makanan

Bahkan yang ada adalah azab dan siksa

Karena kita mencuekinnya…

Tidak merawatnya Tidak membangunnya

Sepertinya, kita sudah harus mulai merenung kembali kehidupan kita.

 

Ditulis oleh Ustadz Dr.Syafiq Riza Basalamah MA حفظه الله تعالى

Tanamlah Padi, Maka Rumput Pun Akan Kau Dapat

Salah satu pepatah yang menjadi salah satu prinsip hidup saya yaitu:

Jika kau menanam padi, maka rumput juga akan ikut tumbuh.

Namun jika kau menanam rumput, jangan harap akan tumbuh padi.

Ya, pepatah ini memang cukup terkenal, terutama biasanya disampaikan oleh para ustadz dan mubaligh. Terdapat makna yang mendalam dari pepatah tersebut. Rumput diartikan sebagai kepentingan dunia, seperti harta, jabatan, ketenaran, dll. Sedangkan padi berarti urusan akhirat dan spiritual, seperti ridha Allah, pahala, surga, dsb. Jadi sesuai pepatah di atas, jika kita hanya mengejar kesenangan dunia, maka hanya dunia yang kita dapatkan. Sedangkan jika apapun yang kita perbuat diniatkan untuk akhirat, maka dunia dan akhirat pun insyaa Allah akan ada di tangan kita.

Lantas, berarti kita harus sholat terus, ngaji terus, berdoa terus.. Gak usah sekolah, gak usah kerja, gak usah main gitu?!

Tentu saja tidak..

Ingat, ibadah bukan hanya berupa ritual seperti sholat, puasa, membaca Al-Quran, dsb. Namun, apapun yang kita lakukan sehari-hari juga dapat bernilai ibadah di mata Allah. Semua itu bergantung NIAT. Ya, innamal a’maalu binniyaat – sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung dari niat. Artinya, suatu perbuatan yang sama tetapi niatnya berbeda, ya hasilnya akan berbeda pula.

Kita sekolah, dari TK, SD, SMP, SMA, bahkan hingga kuliah. Jelas kalo ditanya tujuannya, pasti untuk belajar, menuntut ilmu, mengembangkan, diri dsb. Jika seseorang giat dan rajin belajar, tetapi sebatas agar lulus, agar memperoleh nilai tinggi, apalagi kalo cuma ingin dipuji dan dihargai.. Maaf, hanya itu yang dia dapat. Ilmu yang dia kejar itu hanya berguna untuk dirinya sendiri. Beda dengan orang yang belajar karena haus akan ilmu pengetahuan, ingin memahami kebenaran, berniat untuk berbagi dan memanfaatkan ilmunya untuk kesejahteraan orang lain, insyaa Allah ilmunya tidak akan sia-sia dan akan membawanya menuju derajat yang lebh tinggi. Continue reading

Lima Syarat untuk Boleh Melakukan Maksiat

Kisah ini mungkin sudah cukup terkenal dan sudah diketahui banyak orang. Namun, saya baru mendengarnya kemarin, pada saat khutbah Jumat dan disampaikan dengan menarik oleh seorang ustadz yang cukup kondang yaitu Subkhi Al Bughury. Jadi begini ceritanya…

(sebelumnya maaf ya, saya ceritakan kembali dengan versi gaya bahasa saya sendiri)

Pada suatu hari, Ibrahim bin Adham (seorang ulama, juga dikenal dengan Abu Ishaq) didatangi oleh seorang lelaki. Lelaki yang bernama Jahdar bin Rabiah itu pun berkata, “Yaa Abu Ishaq, aku adalah seorang yang gemar berbuat maksiat. Tolong nasehati aku agar dapat menghentikannya.”
Ibrahim pun merenung sejenak, lalu berkata, “Baik.. Kamu boleh melakukan maksiat.. Asalkan kamu mampu melaksanakan kelima syarat berikut.” Mendengar jawaban tersebut, Jahdar pun merasa gembira dan penasaran untuk segera mengetahui syarat-syarat untuk berbuat maksiat tersebut.

“Syarat pertama. Jika kamu ingin berbuat maksiat, maka bersembunyilah. Carilah tempat di mana Allah SWT tidak bisa melihat perbuatanmu itu.“, kata Ibrahim bin Adham.
Jahdar pun berkomentar, ” Subhanallaah, nasihat macam apa ini. Bagaimana bisa aku bersembunyi dari Allah sedangkan Allah Maha Melihat dan Mengetahui apapun yang nampak maupun yang tidak.”
Ibrahim berkata, “Apakah kamu tidak malu berbuat maksiat sedangkan Allah selalu melihat apa yang kamu perbuat itu?!”
Lelaki itu terdiam, lalu bertanya, “Apa syarat kedua, Yaa Abu Ishaq..”

“Syarat kedua. Jika kamu ingin berbuat maksiat kepada Allah SWT, jangan lakukan di atas bumi-Nya.”
Jahdar pun kaget lagi, ” Subhanallaah, lalu di mana aku bisa berbuat maksiat, bukankah semua alam semesta dan isinya adalah milik Allah?!”
Ibrahimpun menjawab, ” Ya, kepunyaan Allah lah segala apa yang ada di langit dan di bumi (QS Al-Baqarah ayat 284). Lalu, apakah kamu tidak malu tinggal di atas bumi-Nya padahal kamu berbuat maksiat kepada-Nya.”
Jahdar lalu bertanya lagi, “Baiklah. Apa syarat selanjutnya?”

“Syarat ketiga. Jika kau ingin berbuat maksiat, janganlah kau makan dari rizki Allah.”
Lelaki itu menjawab, “Subhanallaah, bagaimana aku bisa hidup sedangkan semua nikmat yang selama ini aku rasakan berasal dari Allah?!”
Ibrahim berkata “Subhanallaah. Jika kamu telah mengetahuinya, apakah kamu masih pantas menerima rizk dari Allah sedangkan kamu melanggar perintah-Nya.”
“Kau benar Abu Ishaq, lalu apa lagi?”

“Syarat keempat. Jika malaikat maut hendak mencabut nyawamu, katakanlah kepadanya bahwa engkau belum siap mati dan ingin bertobat dan melakukan amal shaleh terlebih dahulu.”
Si Jahdar termenung dan berkata, “Mana mungkin malaikat maut akan mengabulkannya..”
Abu Ishaq menjelaskan, “Subhanallaah. Yaa Jahdar, bila kau tidak sanggup menunda kematianmu, lalu dengan bagaimana kau akan menghindari dari murka Allah sedangkan kamu telah berbuat maksiat?!”
Lelaki itu tampaknya mulai menyadari perbuatannya dan akhirnya bertanya lagi, “Saya mengerti, lalu apakah syarat yang terakhir?”

“Syarat kelima. Jika kamu akan digiring oleh malaikat ke neraka di hari kiamat nanti, maka kamu jangan mengikutinya.”, kata Ibrahim.
Lelaki itu menjawab, “Mana bisa aku menolak dimasukkan ke neraka?!”
Ibrahim pun bertanya, “Subhanalaah, lalu bagaimana lagi kamu akan melindungi dirimu kelak di akhirat?!”

Jahdar bin Rabiah pun menyesal dan menangis terisak-isak setelah mendengar nasihat dari Ibrahim bin Adham. Dia pun beristighfar dan berjanji untuk bertaubat dan meninggalkan maksiat yang selama ini dia kerjakan.

Jadi begitulah teman-teman. Silakan kalian berbuat maksiat, asal kelima syarat di atas dapat terpenuhi..

Gak mungkin kan?!?!?!

Maka dari itu, mari sebisa mungkin kita menjauhi segala bentuk maksiat. Okelah, manusia memang tidak lepas dari salah dan dosa. Yang penting, saat kita khilaf, kita segera menyesal dan bertaubat kepada Allah SWT. Innalaaha ghafuurur-rahiim. Insyaa Allah.

Wallahu a’lam bish-shawwab.